Jumat, 25 Juli 2008

Tionghoa Tradition in Belitung

Sembahyang Kubur

Sembahyang Kubur adalah tradisi masyarakal keturunan Tionghoa di Belitung untuk bersembahyang di makam keluarga, pada musim sembanyang kubur ini biasanya banyak orang Tionghoa Belitung di perantauan yang pulang ke Belitung unluk melaksanakan tradisi ini,

Imlek

Adalah parayaan hari tahun baru Cina, yang dirayakan oleh warqa kelurunan Tionghoa di Belitung dengan berkumpul bersama keluarga dan menikmati makanan dan kue-kue khas Imlek.

Sembahyang Rebut

Sembahyang rebut diadakan setahun sekali sebagai simbol perang manusia terhadap sifat-sifat buruk seperli: ketamakan, kemiskinan, dan sekaligus sebagai doa untuk memperoleh kesejahteraan pada tahun yang akan datang. Sembahyang rebut ditandai dengan acara pembakaran patung "antu gede” dan pembagian barang-barang serta sembako.

Sembahyang Kubur

Sembahyang Kubur is a tradition of Tionghoa in Belitung to have a prayer in their ancestors grave once a year. Usually many of them come back to Belitung from all around Indonesia and even from abroad to carry on this tradition.

Imlek

Is a celebration day of Chinesse new year, usu­ally Tionghoa people in Belitung celebrate Imlek togeher with their family while enjoying cakes and typical Chinesse cuisine.

Sembahyang Rebut

Sembahyang Rebut held anually as a symbol of human struggle trough their own badness and bad luck like poverty and misery, in tne other side it is also a prayer to get more luckiness and wealthness for the next year. Sembahyang Rebut symbolized with the burning of "antu gede" and giving goods and foods to those who need.

Tidak ada komentar: